Membuat ‘tali ayunan’ demi menyelamatkan owa, primata terlangka di dunia yang hanya tersisa 30 ekor

Owa bergelantungan pada tali yang menghubungkan dua bagian hutan.

 


Berayun di puncak pohon merupakan hal yang alami bagi owa.

Tapi hal itu rumit jika ada jurang besar di hutan yang disebabkan tanah longsor. Hal itu membuat owa sulit berkeliaran jauh, mencari makan atau berkencan.

Kini ada solusi sementara untuk primata terlangka di dunia itu: jembatan tali yang menghubungkan kembali pepohonan.

Para ilmuwan memfilmkan kera, sejenis owa, yang memanjat atau berayun dalam hitungan detik.

Beberapa menggunakan tali sebagai pegangan. Yang lain terlihat berayun di tali dengan tangan, sementara yang paling berani berjalan di tali.

Primata itu hanya hidup di hutan pulau Hainan di China.

Sembilan primata dalam kelompok itu menguasai jembatan tali, kecuali satu jantan dewasa, yang bisa melakukan lompatan dahsyat dari satu pohon ke pohon lainnya, terkadang ditemani oleh primata remaja yang atletis.

Ilmuwan konservasi mengatakan tali sepanjang 18 meter itu bisa menjadi suatu hal yang penting bagi spesies yang terancam punah itu, sementara hutan dikembalikan ke kejayaannya.

Sejumlah kecil primata, termasuk orangutan, terlihat menggunakan jembatan tali buatan itu. Namun, ini pertama kalinya owa Hainan belajar menggunakan tali itu.

Owa adalah primata yang paling terancam punah di Bumi, kini jumlahnya hanya sekitar 30 ekor.

 

Owa hidup dalam satu kelompok.

 

Program konservasi yang dijalankan oleh Kadoorie Farm and Botanic Garden di Hong Kong mencoba menyelamatkan spesies tersebut dari kepunahan.

Dr Bosco Chan mengatakan jembatan tali itu diharapkan membantu meningkatkan jumlah owa sebagai bagian dari konservasi.

“Populasi owa berangsur-angsur pulih, dengan kelompok keluarga ketiga dan keempat terbentuk masing-masing pada tahun 2011 dan 2015.

“Pada awal tahun 2020, kami melihat pembentukan kelompok kelima, dan populasi dunia telah meningkat kembali menjadi lebih dari 30. Ini menunjukkan bahwa spesies tersebut perlahan-lahan pulih, dan kami harus terus berharap.”

Reboisasi harus menjadi prioritas dalam mencegah kepunahan spesies, tambahnya.

“Kita perlu memastikan perburuan bisa dikendalikan secara efektif, memperluas hutan dataran rendah yang merupakan habitat optimal owa, dan terus memantau kelompok owa untuk memprediksi dan mencegah ancaman apa pun.”

 

Owa dikenal karena seruannya yang keras untuk menandai wilayah mereka.

 

Dulunya owa banyak terdapat di seluruh China, tapi kini kera itu hanya terlihat di sepetak hutan di pulau di Laut Cina Selatan.

Pada habitatnya, mereka berpindah dari pohon ke pohon.

Celah di hutan, yang terjadi karena sebab alami maupun karena perbuatan manusia, dapat membatasi pergerakan owa, mengganggu mereka mencari makan, berkembang biak, dan meningkatkan risiko perburuan.

Hampir 20 spesies owa ada di seluruh dunia, dari timur laut India hingga Kalimantan.

Sebagian besar terancam oleh perusakan hutan, perburuan dan perdagangan ilegal.

Dua spesies owa baru-baru ini punah di China dan semua spesies China yang masih hidup, termasuk Owa Hainan (Nomascus hainanus), diklasifikasikan sebagai hewan yang Sangat Terancam Punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.

 

 

 

 

 

SUMBER : BBC INDONESIA

 

 

 

Enable Notifications    Ok No thanks