Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia

  • Indonesia merupakan negara kaya akan keragaman hayati dengan kearifan masyarakat hukum adatnya.
  • Salah satu cara mempertahankan dan memanfaatkan keanekaragaman hayati dan kebijaksaan masyarakat adat itu adalah melalui bioprospeksi. Cara ini, bioprospeksi, sesuai dalam Sherpa Track [Misi G20] dalam upaya penyelamatan Bumi.
  • Bioprospeksi sangat terkait dengan perkembangan bioteknologi. Di Indonesia, bioteknologi mulai berkembang awal 1990-an.
  • Taman nasional merupakan pusat sumber daya genetik. Pertumbuhan wilayah berbasiskan ekonomi hijau akan terbangun, dengan pusatnya taman nasional.

 

Indonesia merupakan negara kaya akan keragaman hayati dengan kearifan masyarakat hukum adat, yang mampu memanfaatkan sumber kekayaan alam secara bijaksana.

Salah satu cara mempertahankan dan memanfaatkan keanekaragaman hayati dan kebijaksanaan masyarakat adat itu melalui bioprospeksi. Cara ini, bioprospeksi, sesuai Sherpa Track [Misi G20] dalam upaya penyelamatan Bumi.

Profesor Enny Sudarmonowati, peneliti BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional], menjelaskan bioprospeksi sangat terkait perkembangan bioteknologi.

Di Indonesia, bioteknologi mulai berkembang awal 1990-an, salah satunya rekayasa genetika konvensional. Produknya disebut Genetically Modified Organism [GMO] hingga genome editing dan teknologi omics atau analisis molekul biologi secara komprehensif dan global.

“Tantangan pengembangan bioprospeksi hingga komersialisasi adalah harmonisasi kebijakan, peraturan dalam pemanfaatan kehati, selain juga kemampuan sains yang belum merata,” terang Enny, saat peluncuran buku “Potensi Bioprospeksi Indonesia Bagi Pembangunan Ekonomi NKRI” pada Rabu, 8 Juni 2022, di Gedung Manggala Wanabhakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dia menjelaskan, organisasi yang dapat dijadikan contoh di Indonesia agar dapat diimplementasikan terkait bioprospeksi adalah INBio. Organisasi di Costa Rica ini mampu mengembangkan kehati dengan menggali nilai manfaatnya untuk kesejahteraan atau pembangunan ekonomi. Lembaga swasta nirlaba ini didirikan pada 24 Oktober 1989.

READ  Varietas Lokal dan Sumber Pangan Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah

“Indonesia mempunyai banyak kelebihan dalam hal keragaman hayati dan potensi alam untuk dikelola sebagai jasa ekosistem dan ekowisata,” ujarnya, dalam acara yang disiarkan secara daring.

Jamur morel yang memiliki manfaat. Foto: Pixabay/Public Domain/JaStra
Jamur morel yang memiliki manfaat. Foto: Pixabay/Public Domain/JaStra

 

Enny menuturkan, taman nasional merupakan pusat sumber daya genetik. Pertumbuhan wilayah berbasiskan ekonomi hijau akan terbangun, dengan pusatnya taman nasional.

Sistem konservasi taman nasional di Indonesia bermula tahun 1982. Saat itu, hanya ada lima taman nasional [TN], yaitu TN Ujung Kulon, TN Gunung Gede Pangrango, TN Bali Barat, TN Gunung Leuser, dan TN Baluran. Kini, telah berkembang menjadi 54 taman nasional, dengan luasan mencapai 16.247.459,93 hektar, dinaungi UU No 5 Tahun 1990 yang dalam proses revisi.

Salah satu contoh potensi bioprospeksi adalah jamur morel [Morchella crassipes] di TN Gunung Rinjani. Jamur ini satu-satunya ditemukan pertama di hutan tropis bernilai ekonomi tinggi dan dapat dikonsumsi. Di China, jamur morel digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, batuk dan sesak napas, mengandung senyawa antitumor, antioksidan dan antiradang.

“Ada juga potensi cemara sumatera [Taxus sumatrana] yang tumbuh di TN Kerinci Seblat, yang memiliki senyawa antitumor dan antikanker,” jelasnya.

 

Buah saninten yang tidak begitu dikenal meski memiliki banyak manfaat. Foto: Yaya Sutirya/BTNGC/KLHK
Buah saninten yang tidak begitu dikenal meski memiliki banyak manfaat. Foto: Yaya Sutirya/BTNGC/KLHK

 

Pengembangan etno-bioprospeksi

Dalam buku ini dijelaskan nilai impor industri farmasi Indonesia lebih tinggi dibandingkan ekspor, sehingga neraca perdagangan mengalami defisit sebesar US$1,05 miliar tahun 2020.

Penelitian obat tradional yang digunakan masyarakat adat, tentu sangat penting untuk diteliti agar bisa dikembangkan dalam dunia farmasi dan bisa disebarkan.

“Konsep etno-bioprospeksi turun temurun, yang awalnya trial-error, dapat dikembangkan lebih jauh agar bermanfaat lebih nyata dan luas. Namun juga, perlu dilakukan beberapa hal menyangkut kebijakan,” lanjut Enny.

Hal paling penting mengembang etno-bioprospeksi adalah tindakan untuk keberlanjutan, riset, hingga komersialisasi dan pencapaiannya. Termasuk, memberdayakan perguruan tinggi.

READ  Korban Banjir Bandang Aceh Masih Bertahan di Pengungsian

“Perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai pendamping pembangunan desa,” ujarnya.

Buah rukam [Flacourtia rukam] yang memiliki kandungan antioksidan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia
Buah rukam [Flacourtia rukam] yang memiliki kandungan antioksidan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Pentingnya biodiversiti

Wahjudi Wardojo, ahli konservasi dan perubahan iklim, menegaskan pentingnya biodiversiti bagi kehidupan manusia.

“Kita harus meningkatkan pemahaman dan pemaknaan manusia terhadap alam [valuing nature],” jelasnya.

Dia memberi masukan, agar topik etnobotani atau etnozoologi mendapat perhatian khusus, dari kita semua. Juga, menempatkan masyarakat tradisional atau masyarakat adat sebagai subjek, bukan objek.

“Masyarakat tradisional mempunyai peran penting dalam bioprospeksi karena mempunyai pengetahuan dalam hal eksplorasi untuk bioprospeksi,” tuturnya.

 

Pohon kamper yang menghasilkan kapur barus. Foto: Shutterstock
Pohon kamper yang menghasilkan kapur barus. Foto: Shutterstock

 

Bioprospeksi adalah penelusuran, klasifikasi, dan investigasi secara sistematik produk yang berguna seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain untuk tujuan komersil dengan nilai ekonomi aktual dan potensial yang ditemukan dalam keragaman hayati.

“Melalui komersialisasi bioprospeksi diharapkan dapat memperkuat ekonomi nasional secara berkelanjutan, karena kegiatannya dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan tetap menjaga kelestarian keanekaragaman hayati,” jelas Prof. Hadi S. Alikodra, pada acara yang sama.

Dari sistem royalti yang dihasilkannya, bioprospeksi dapat menjadi dukungan finansial bagi kegiatan perlindungan dan pelestarian hutan, termasuk perlindungan masyarakat hukum adat.

“Di samping itu dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan ekonomi masyarakat, sumber pendapatan asli daerah, dan meningkatkan devisa negara,” jelasnya.

Alikodra menjelaskan, buku “Potensi Bioprospeksi Indonesia Bagi Pembangunan Ekonomi NKRI” melibatkan 40 kontributor, yang mewakili berbagai institusi dalam penulisannya.

“Diharapkan, menjadi rujukan sekaligus sebagai pendorong percepatan pengembangan bioprospeksi, sebagai implementasi strategi konservasi keanekaragaman hayati Indonesia,” tuturnya.

 

SUMBER: MONGABAY

Enable Notifications    Ok No thanks