Walhi Jatim Pertanyakan Amdal Proyek Wisata TN Bromo Semeru

Kelestarian ekologi di area konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur, dikhawatirkan bakal terancam oleh pembangunan proyek tempat wisata buatan. (Arsip Jaringan Walhi Jatim)
Kelestarian ekologi di area konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur, dikhawatirkan bakal terancam oleh pembangunan proyek tempat wisata buatan. (Arsip Jaringan Walhi Jatim)

 

Jakarta, CNN Indonesia — Ketua Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jatim Purnawan Dwikora mempertanyakan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dalam proyek pembangunan wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Purnawan menduga proyek wisata yang akan dibangun di kawasan konservasi hutan tersebut belum mengantongi izin AMDAL. Padahal menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kegiatan Usaha Wajib Amdal, dijelaskan bahwa kawasan konservasi harus memiliki studi AMDAL.

“Di peraturan itu akan ditemukan kawasan konservasi harus ada studi AMDAL, ini yang saya duga tidak ada,” kata Wiratno saat dihubungi CNNINdonesia.com, Kamis (9/9).

CNNIndonesia.com telah menghubungi Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno perihal izin AMDAL ini, namun belum mendapat tanggapan.

Walhi Sebut Proyek Wisata Incar TN Bromo Semeru Tengger
Meski secara aturan, proyek ini tidak menyalahi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam, namun Walhi Jatim menilai pembangunan tersebut melukai nilai adat dan budaya masyarakat Tengger.

Purnawan menjelaskan, wilayah hutan yang berada di Jemplang, Ngadas, Malang, itu merupakan wilayah sakral yang erat dengan adat budaya masyarakat setempat. Pembabatan pohon di wilayah tersebut dinilai akan menghancurkan nilai kearifan lokal masyarakat setempat.

“Kalau Walhi sebenarnya melihat tidak hanya sekedar kerusakan lingkungan, meski ada potensi longsor, potensi terkena letusan Bromo, tapi Walhi juga melihat potensi erupsi kultural akibat kebijakan yang tidak mengakomodir nilai budaya masyarakat adat,” jelas Wiratno.

Kronologi Walhi dkk Adukan Proyek TN Komodo ke UNESCO

Wisata yang Merusak Ekosistem

Menurut Purnawan, ada tiga proyek wisata buatan yang akan dibangun di TNBTS. Proyek tersebut rencananya akan berupa jembatan kaca yang membentang mengarah ke Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Gunung Semeru.

READ  Tak Hanya Gading, Gajah Sumatera Ini Mati Tinggalkan Tanda Tanya

Walhi mengatakan pembangunan wisata alam buatan yang tidak mengakomodasi ekosistem tersebut akan menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar TNBTS.

“Harus dicatat wisata alam itu bukan benda buatan, wisata alam itu adalah kegiatan untuk mendukung kesadaran tentang konservasi, meningkatkan kesadaran akan lingkungan, bukan wisata yang tidak ada hubungannya dengan peningkatan ekosistem,” kata dia.

Menurut dia semestinya pembangunan wisata di daerah konservasi harus mengakomodir ekosistem lingkungan setempat, bukan hanya demi kepentingan iklim pariwisata semata.

“Kalau ada penebangan pohon demi ekosistem itu enggak masalah, tapi ini untuk kepentingan wisata. Jembatan kaca hanya sekedar untuk melihat keindahan alam, ada resto, glamping. Celakanya, dibangun di kawasan yang secara lindung itu tidak layak dibangun glamping,” tutur dia.

KLHK Buka Suara Soal Proyek Wisata TN Bromo Semeru Tengger
Sebelumnya ekosistem TNBTS disebut terancam rusak karena pembangunan infrastruktur wisata. Di Kawasan sekitar Jemplang Penthongan, proyek diperkirakan akan berdiri di lahan seluas 1,6 hektare.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno menepis tudingan bahwa proyek wisata tersebut merusak dengan pembabatan hutan. Menurut Wiratno, pihaknya menebang beberapa pohon demi tujuan eradikasi.

Ia juga membantah bahwa kawasan Jemplang akan dibangun jembatan kaca untuk kepentingan wisata.

“Yang di Jemplang itu [memang ada] izin wisata alam, bukan wisata buatan. Kalau pembangunan wisata jembatan kaca itu di Probolinggo, bukan di Jemplang,” kata Wiratno.

SUMBER: CNN Indonesia

Enable Notifications    Ok No thanks