Studi: Jejak Deforestasi dari Industri Tambang, Indonesia Salah Satu yang Tertinggi di Dunia

  • Sebuah studi baru menemukan bahwa Indonesia, Brasil, Suriname, dan Ghana menyumbang 80 persen dari semua deforestasi hutan tropis yang terkait langsung dengan industri pertambangan.
  • Industri pertambangan memusnahkan hampir 2.000 kilometer persegi, hutan di Indonesia di antara tahun 2000 hingga 2019.
  • Di dua dari tiga negara tropis, ekstraksi mineral skala besar menyebabkan hilangnya hutan yang menimbulkan dampak pada area yang lebih luas, yang terjadi di luar konsesi pertambangan formal.
  • Sulit untuk mengukur kerusakan hutan yang terkait dengan sektor pertambangan secara keseluruhan, karena dampak tidak langsung pada daerah sekitarnya dan maupun dampak langsung dari pertambangan pada rakyat sulit untuk didefinisikan.

 

Industri pertambangan memusnahkan hampir 2.000 kilometer persegi, hutan di Indonesia di antara tahun 2000 hingga 2019. Negara ini adalah satu dari empat negara di dunia di mana hilangnya hutan tropis akibat langsung dari pertambangan skala besar (​​8 dari tiap 10 km2) secara terkosentrasi.

“Indonesia menyumbang 60 persen dari hilangnya hutan di antara 26 negara yang kami investigasi,” kata Stefan Giljum, penulis utama studi yang baru diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences. Para peneliti berfokus pada negara-negara yang menyumbang sebagian besar deforestasi (77 persen) yang terjadi di daerah tropis.

Bersama dengan Indonesia, Brasil dan Suriname di Amerika Selatan, dan Ghana di Afrika Barat menyumbang 80 persen dari semua deforestasi langsung terkait pertambangan di daerah tropis. Operasi penambangan mengubah sekitar 3.300 km2 tutupan hutan antara tahun 2000 hingga 2019 di 26 negara, menurut data dari Global Forest Watch (GFW).

Brasil kehilangan 330 km2 akibat langsung dari ekstraksi mineral. Ghana dan Suriname melaporkan deforestasi masing-masing sebesar 213 dan 203 km2.

READ  Kerja Konservasi Belum Selesai, Meski Satwa Dilindungi Dikembalikan ke Hutan
Deforestasi karena penambangan emas di Suriname. Suriname dilaporkan memiliki angka deforestasi sebesar 203 km2. Foto: Rhett A. Butler/Mongabay.
Deforestasi karena penambangan emas di Suriname. Suriname dilaporkan memiliki angka deforestasi sebesar 203 km2. Foto: Rhett A. Butler/Mongabay.

 

Laporan Bank Dunia pada 2019 mengatakan bahwa 45 persen dari semua tambang aktif berada di kawasan hutan. Namun, tambang industri tidak hanya menelan hutan di dalam area konsesi; mereka mengubah seluruh lanskap. Hasil studi baru menemukan, ketika efek pada area yang lebih luas masuk dalam pertimbangan, di dua dari tiga negara tropis, ekstraksi mineral skala besar menyebabkan hilangnya hutan.

Tambang sering menjadi sumber kegiatan ekonomi, memicu pembangunan infrastruktur dan melahirkan pemukiman baru. Sebuah studi tahun 2017 di Amazon Brasil menunjukkan dari konsesi pertambangan mencapai hingga radius 70 km, dan melaporkan bahwa tingkat deforestasi di daerah sekitarnya bisa lebih tinggi 12 kali daripada di dalam konsesi.

Namun, sulit untuk memastikan bahwa operasi penambangan menyebabkan deforestasi ini. Sebagian besar inisiatif tanggung jawab perusahaan untuk menghindari deforestasi berfokus secara khusus pada dampak langsung.

“Kita harus melihat ke luar ‘pagar’ tambang,” kata Giljum. “Yang dibutuhkan pada dasarnya adalah rencana konservasi hutan untuk seluruh wilayah yang mengintegrasikan semua kegiatan yang sedang berlangsung.”

Mengukur kerusakan hutan yang terkait dengan sektor pertambangan secara keseluruhan memang rumit. Salah satu alasan utama adalah kurangnya informasi tentang penambangan rakyat, yang seringkali informal, tidak diatur regulasi dan tersebar.

“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambangan rakyat bahkan mungkin memiliki dampak yang lebih besar daripada penambangan industri,” kata Giljum.

Di Ghana, negara yang kaya akan emas, baik pertambangan rakyat maupun industri batu bara terkait dengan kasus hilangnya hutan. Daryl Bosu, seorang aktivis lingkungan di LSM Ghana A Rocha, telah konsisten melakukan advokasi untuk menghentikan industri di penambangan bauksit hutan Atewa, Ghana.

Dia mengatakan kepada Mongabay bahwa meskipun penambangan rakyat menyediakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat, penambangan rakyat yang tidak diatur, -terutama dengan alat-alat yang lebih baru, dapat menyebabkan kerugian yang nyata.

READ  Kampus Bambu dan Konsep Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Deforestasi dan penambangan emas di Amazon Brasil. Brasil kehilangan 330 km2 akibat langsung dari ekstraksi mineral. Foto: Fabio Nascimento untuk Mongabay.
Deforestasi dan penambangan emas di Amazon Brasil. Brasil kehilangan 330 km2 akibat langsung dari ekstraksi mineral. Foto: Fabio Nascimento untuk Mongabay.

 

“Tidak ada lagi yang melakukan penambangan tradisional dengan menggunakan kapak. Mereka sekarang menggunakan ekskavator mekanis dan buldoser, jadi dengan skala begitu, dampaknya juga signifikan,” kata Bosu.

Satu studi menemukan bahwa antara tahun 2005 hingga 2019, area penambangan baru sebagian besar dibuka oleh operator skala kecil, dan lebih dari 7 km2 lahan bekas tambang berada di dalam kawasan lindung.

Sementara tambang industri dibatasi oleh batas-batas konsesi, operasi pertambangan skala kecil lebih banyak bergerak, membawa deforestasi ke daerah baru, meninggalkan lanskap yang terdegradasi. Dalam beberapa kasus, tambang besar menarik penambang rakyat ke wilayah tersebut dengan membuka lahan di daerah terpencil.

Studi baru menyoroti kebutuhan untuk melihat apa yang terjadi di luar konsesi pertambangan tetapi juga di luar batas-batas nasional. Di Indonesia, deforestasi di daerah pertambangan meningkat antara 2010 hingga 2014.

Penulis studi menduga lonjakan permintaan luar negeri untuk batu bara, yang ditambang secara ekstensif di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, amat berperan. Pada tahun 2011 saja, Kaltim memproduksi 205 juta metrik ton batu bara — lebih dari 13 kali lipat permintaan batu bara Prancis untuk tahun itu.

Giljum mengatakan timnya sekarang sedang menyelidiki material apa yang memicu hilangnya hutan dan menginterogasi rantai pasokan internasional untuk komoditas yang bergantung pada pertambangan.

Sementara kerugian langsung dari pertambangan lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan lain seperti pertanian dan peternakan, beberapa negara mengalami kerugian yang tidak proporsional, sehingga upaya mitigasi dapat menargetkan negara-negara tersebut.

Referensi

Giljum, S., Maus, V., Kuschnig, N., Luckeneder, S., Tost, M., Sonter, L. J., & Bebbington, A. J. (2022). A pantropical assessment of deforestation caused by industrial mining. Proceedings of the National Academy of Sciences, 119(38). doi:10.1073/pnas.2118273119

READ  Hutan Tropis Seluas Lapangan Sepak Bola Hilang tiap Lima Detik

Sonter, L. J., Herrera, D., Barrett, D. J., Galford, G. L., Moran, C. J., & Soares-Filho, B. S. (2017). Mining drives extensive deforestation in the Brazilian Amazon. Nature Communications, 8(1). doi:10.1038/s41467-017-00557-w

Barenblitt, A., Payton, A., Lagomasino, D., Fatoyinbo, L., Asare, K., Aidoo, K., . . . Wood, D. (2021). The large footprint of small-scale artisanal gold mining in Ghana. Science of The Total Environment, 781, 146644. doi:10.1016/j.scitotenv.2021.146644

 

SUMBER: MONGABAY

Enable Notifications    Ok No thanks